Halo! Selamat datang di asbak saya :)

Senin, 26 November 2012

Cos We Live in Heaven



“Mau ditemani minum malam ini?” tanyaku kepada seorang kawan.
“Saya baik-baik saja, kamu perlu ditemani?” kawan saya balik bertanya.
“Ya, saya baik-baik saja. Saya punya sebotol martini di rumah,” jawab saya.
“Kamu punya sebotol martini dan sebotol vodka di rumah, apakah rumahmu surga?”
“I must be a drunk angel or a drunk god then.”
“You are my drunk angel!”

Alkohol dan Yesus, sama-sama menebus dosa manusia. Bedanya Yesus menebusnya dalam alkitab dan alkohol menebus dosamu di dunia nyata. Apapun yang kamu lakukan, asalkan membawa nama alkohol, rasanya cukup layak untuk ditolerir. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa alkohol tidak membuatmu kehilangan kesadaran, tetapi hanya melonggarkan kendali (dibaca:malu). Tetapi, seperti rahasia umum, kita hampir selalu bisa memaafkan apapun yang terjadi di bawah pengaruh alkohol. Alkohol menyediakan ruang untuk menjadi jujur tanpa harus mempertanggungjawabkan kejujuran itu sendiri.

Beberapa orang yang suka minum mencoba membuat semacam “peraturan” atas mabuk. Bahwa kebanyakan minum dan muntah itu cupu. Mabuk dan ngoceh kepanjangan itu juga cupu. Mabuk dan tepar itu cupu. Ini, itu, ini, itu. Rasanya kita sudah tidak seharusnya perlu perduli apakah itu keren atau tidak, bukan? Mabuk itu untuk dinikmati bukan? Atau untuk beberapa orang untuk terlihat keren kah? Ya kalau begitu peraturan-peraturan itu seharusnya diterapkan untuk mereka yang ingin terlihat keren saja. Biarkan orang yang ingin menikmati, menikmati hidup dan mabuknya. Selama tidak mengganggu orang lain, biarkan orang itu mabuk. Hidup jangan dibuat semakin ribet. 

Minum (alkohol), merupakan tindakan yang personal. Beberapa orang mendapat pencerahan, kemudian berhenti minum. Beberapa orang mendapat pencerahan, kemudian minum. Beberapa orang memilih rasa. Misalnya, semakin tua, semakin enak rasa minuman itu. Beberapa orang memilih mabuk. Ya, yang penting mabuk. Mulai dari anggur merah, ciu, sampai arak gosok. Semoga mereka berbahagia. 

Sedangkan bagi saya sendiri, mabuk bukanlah proses, melainkan tujuan. Minum adalah prosesnya. Saya termasuk orang yang ‘yang penting mabuk’ walaupun ogah untuk mencoba autan, arak gosok atau alkohol 70%. Terlalu banyak kisah orang-orang yang buta karena terlalu ‘yang penting mabuk’. Efek samping yang saya dapat? Ke belakang lebih lancar. Not a big deal, tidak perlu minum yakult. Oh ya, mungkin ginjal. Tetapi saya terlalu muda untuk khawatir atas organ tubuh yang satu itu. 

Banyak, tragedi yang terjadi dikarenakan mabuk. Hilang harga diri, hilang kamera, hilang ini itu, bangun di ranjang yang salah, sampai tabrakan. Tetapi tidak jarang juga sesuatu yang baik terjadi. Berani menyatakan cinta, mencairkan suasana, merayakan kegembiraan, membuat kenangan, menghibur hati yang sedih. Lupa apa yang terjadi semalam? Ah, lupakanlah, mungkin kamu tidak ingin mengingatnya. Wahai kalian para pemabuk, angkat sekali lagi gelasmu, kawan!

“That's the problem with drinking, I thought, as I poured myself a drink. If something bad happens you drink in an attempt to forget; if something good happens you drink in order to celebrate; and if nothing happens you drink to make something happen.”
― Charles Bukowski, Women

2 komentar:

  1. Alkohol menyediakan ruang untuk menjadi jujur tanpa harus mempertanggungjawabkan kejujuran itu sendiri. << ahahaha. nice! mari nyanyikan Alkoholnya Seringai. hehe. "minum jangan pas lagi sedih," saran seorang teman. justru itu yang bikin seseorang jadi alcoholic. "mending minum kalau lagi senang," katanya lagi. tapi kadang, sebenarnya yang dicandu itu bukan alkoholnya, tapi efek tidak ingatnya karena mabuk. dulu saya pernah mencari "lupa" dari alkohol, hanya sukses semalam. besoknya mewek2 juga inget makhluk yang bikin saya patah hati. hahahaha.

    BalasHapus
  2. mabuk itu temannya begadang, tapi kalau harus bangun pagi

    BalasHapus