Yang kuingat dari masa kecilku adalah aku anak kecil yang periang dan bahagia. Tidak berpikir banyak, senang berlari dan bermain. Polisi maling, petak umpet, tak jongkok, tak patung, tak tak apapun itu lah.
Sampai suatu ketika aku sudah bukan anak kecil lagi, teman SD-ku datang ke rumah, seorang calo mobil yang membosankan. Karena tujuan dia datang ke rumah adalah untuk menjual mobil ayahku, dia merasa perlu untuk berbasa basi. Dia bercerita tentang yang ia ingat tentang aku ketika masih SD. Dia bilang aku seorang anak yang pendiam. Karena itu ia dan beberapa teman mencoba untuk berkawan denganku. Aku tidak ingat pernah betul-betul menjadi temannya dulu. Tetapi ketika dipikir-pikir lagi, aku memang tidak pernah betul-betul punya teman saat itu.
Teringat mantan kekasihku yang melihat-lihat album kecilku dan dia berkata, "Dalam foto-foto ini, tidak ada satupun kamu yang tersenyum." Aku perhatikan album foto tersebut, memang tidak ada. Hanya ada satu foto yang cukup ceria. Aku berumur sekitar 3 tahun dengan rambut dikuncir ke atas, kaos dan celana yang bodoh tapi nyaman, dengan mata berbinar-binar sedang melihat-lihat permen sendirian. Tenggelam dalam duniaku sendiri.
Aku jadi mengingat-ingat seperti apa masa kecilku. Aku ingat ketika masih TK kecil, aku menampar pipi anak tetangga yang satu kelas denganku. Saat itu kami di kelas, dia menjepit jari kelingkingku dengan meja dan aku tampar karena itu. Dia langsung menjerit dan menangis keras. Aku diusir dari kelas dan berdiri di depan dengan jari kelingking yang sakit. Setelahnya ibuku marah-marah karena biasanya aku nebeng mobil ibunya anak tersebut untuk bersekolah.
Selain itu aku ingat pernah tersesat di sebuah plaza dekat rumahku dan beberapa perempuan ingin memeluk dan mencubit pipiku. Aku memukul salah satu dari mereka dan berlari menjauh. Pernah juga ketika sudah agak besar, sekitar 5 atau 6 tahun, aku datang ke rumah seorang kerabat. Ada salah satu dari mereka mencoba memegang dan menyayangiku, tetapi aku meneriakinya, "bangsat!" karena aku tidak suka dipegang.
Akhirnya aku juga ingat bagaimana masa kecilku berakhir. Saat itu aku sedang berada di tempat umum. Aku membayangkan diriku berada dalam pesawat luar angkasa dan tembak menembak dengan UFO ketika tiba-tiba aku sadar aku sedang sendirian, dan mata orang-orang tertuju padaku. Beberapa heran, beberapa tertawa. Perang galaksi dalam imajinasi serta masa kecilku berhenti pada saat itu.
Bagiku, masa kecil adalah masa di mana kita tidak peduli akan pendapat orang lain dan tetap bahagia. Sekarang kita hanya bisa berpura-pura untuk tidak peduli.
Halo! Selamat datang di asbak saya :)
Rabu, 26 Desember 2012
Senin, 26 November 2012
Cos We Live in Heaven
“Mau ditemani
minum malam ini?” tanyaku kepada seorang kawan.
“Saya
baik-baik saja, kamu perlu ditemani?” kawan saya balik bertanya.
“Ya, saya
baik-baik saja. Saya punya sebotol martini di rumah,” jawab saya.
“Kamu punya
sebotol martini dan sebotol vodka di rumah, apakah rumahmu surga?”
“I must be a
drunk angel or a drunk god then.”
“You are my
drunk angel!”
Alkohol dan
Yesus, sama-sama menebus dosa manusia. Bedanya Yesus menebusnya dalam alkitab
dan alkohol menebus dosamu di dunia nyata. Apapun yang kamu lakukan, asalkan
membawa nama alkohol, rasanya cukup layak untuk ditolerir. Sebuah penelitian
menyimpulkan bahwa alkohol tidak membuatmu kehilangan kesadaran, tetapi hanya
melonggarkan kendali (dibaca:malu). Tetapi, seperti rahasia umum, kita hampir selalu
bisa memaafkan apapun yang terjadi di bawah pengaruh alkohol. Alkohol
menyediakan ruang untuk menjadi jujur tanpa harus mempertanggungjawabkan
kejujuran itu sendiri.
Beberapa orang
yang suka minum mencoba membuat semacam “peraturan” atas mabuk. Bahwa
kebanyakan minum dan muntah itu cupu. Mabuk dan ngoceh kepanjangan itu juga
cupu. Mabuk dan tepar itu cupu. Ini, itu, ini, itu. Rasanya kita sudah tidak
seharusnya perlu perduli apakah itu keren atau tidak, bukan? Mabuk itu untuk
dinikmati bukan? Atau untuk beberapa orang untuk terlihat keren kah? Ya kalau
begitu peraturan-peraturan itu seharusnya diterapkan untuk mereka yang ingin
terlihat keren saja. Biarkan orang yang ingin menikmati, menikmati hidup dan
mabuknya. Selama tidak mengganggu orang lain, biarkan orang itu mabuk. Hidup jangan dibuat semakin ribet.
Minum (alkohol),
merupakan tindakan yang personal. Beberapa orang mendapat
pencerahan, kemudian berhenti minum. Beberapa orang mendapat pencerahan,
kemudian minum. Beberapa orang memilih rasa. Misalnya, semakin tua, semakin
enak rasa minuman itu. Beberapa orang memilih mabuk. Ya, yang penting mabuk.
Mulai dari anggur merah, ciu, sampai arak gosok. Semoga mereka berbahagia.
Sedangkan bagi
saya sendiri, mabuk bukanlah proses, melainkan tujuan. Minum adalah prosesnya.
Saya termasuk orang yang ‘yang penting mabuk’ walaupun ogah untuk mencoba
autan, arak gosok atau alkohol 70%. Terlalu banyak kisah orang-orang yang buta
karena terlalu ‘yang penting mabuk’. Efek samping yang saya dapat? Ke belakang
lebih lancar. Not a big deal, tidak perlu minum yakult. Oh ya, mungkin ginjal.
Tetapi saya terlalu muda untuk khawatir atas organ tubuh yang satu itu.
Banyak, tragedi
yang terjadi dikarenakan mabuk. Hilang harga diri, hilang kamera, hilang ini
itu, bangun di ranjang yang salah, sampai tabrakan. Tetapi tidak jarang juga
sesuatu yang baik terjadi. Berani menyatakan cinta, mencairkan suasana, merayakan
kegembiraan, membuat kenangan, menghibur hati yang sedih. Lupa apa yang terjadi
semalam? Ah, lupakanlah, mungkin kamu tidak ingin mengingatnya. Wahai kalian
para pemabuk, angkat sekali lagi gelasmu, kawan!
“That's the problem with drinking, I thought,
as I poured myself a drink. If something bad happens you drink in an attempt to
forget; if something good happens you drink in order to celebrate; and if
nothing happens you drink to make something happen.”
― Charles Bukowski, Women
Minggu, 25 November 2012
Perayaan Kengerian
Kata siapa kita hanya merayakan hal-hal yang indah? Pagi
ini, setelah seminggu tidak sadar, terlihat begitu indah. Bukan karena saya
sadar, tetapi karena pagi ini memang cerah dan indah. Matahari dan hangat
sinarnya yang pas. Tetapi, seperti semua hal di dunia, segala sesuatu yang
cerah dan indah akan menguap. Untuk itu, sebelum matahari semakin tinggi dan
panasnya menertawakan kita. Aku memutar “Mack the Knife” yang dibawakan oleh “Louis
Armstrong.” Lagu bernada luar biasa ceria ini menceritakan tentang seseorang
yang mengerikan, Mack the Knife atau Macheath. Lagunya dimulai seperti ini:
“Oh, the shark has
pretty teeth, dear
And he shows them,
pearly white
Just a jackknife has
MacHeath, dear
And he keeps it out of
sight”
Macheath digambarkan sebagai sosok yang mengerikan, seperti
ikan hiu, dan, juga sama seperti ikan hiu, Macheath adalah makhluk yang indah. Sama
seperti pagi ini, membuaimu dengan keindahannya untuk kemudian membawamu kepada
siang hari.
“When the shark bites
with his teeth, dear
Scarlet billows start
to spread
Fancy gloves though
wears MacHeath, dear
So there’s not a
trace, mmm of red”
Ya dan dia tidak akan pernah meninggalkan jejaknya. Ah
mungkin ia akan meninggalkan kenangan. Kenangan akan kematian. Sarung tangan
yang ia gunakan tetap indah, dan tentunya, menjaga tangannya tetap bersih.
“From a tugboat, by
the river
A cement bag's
drooppin' down
Yeah, the cement's
just for the weight, dear
Bet you Mack, he's
back in town
Looky here Louie
Miller, disappeared, dear
After drawing out his
cash
And MacHeath spends
like a sailor
Did our boy do
somethin' rash?”
Beberapa benda yang dijatuhkan ke dalam sungai. Bebereapa
sak semen dan Louie Miller. Kalau ada orang yang hilang, berarti ada seseorang
yang kembali. Kaukah itu, Mack? Dua daun gugur dan tertiup angin. Mengapa
engkau terburu-buru, Macheath? A dashing guy like you will always do everything
in style.
“Sukey Tawdry, Jenny
Diver
Lotte Lenya, Sweet
Lucy Brown
Oh, the line forms on
the right, dears
Now that Mack, he's
back in town”
Korban-korbanmu hanya rentetan nama, bukan?
“Take it, Satch”
Dan permainan trompet Louis Armstrong menggila. Belum pernah
aku dengar orang lain memainkan trompet seggila dia. Satchmo atau Satch adalah
nama panggilan Armstrong. Kalimat terakhir itu terdengar seperti “Sikat, Satch!”
di telingaku dan Armstrong melakukannya dengan sangat baik.
Matahari mulai panas. Perayaan hampir usai. Berada di puncak piramida rantai makanan seperti itu, apa kau
kesepian, Macheath?
Kamis, 22 November 2012
I love you?
I don’t think I have to prove anything to you
You don’t have to prove yourself to me either
I’ve been consulting with my ego and feeling lately
It’s good to hear their opinions, about you, and most importantly about me
I decide not to give any opinion
My ego often laughs
My feeling often cries
But there are times when my ego is the one who cries and my feeling is the one who laughs
And that is O.K.
I feel more human than ever
I feel so fuckin’ alive
Even though it might not be in a good way
So here is the decision that my ego and feeling have made for me:
I will not deny anything anymore
I will face it and fuck it, whatever it is
I will not run, simply because I couldn’t
And let me, with all of my love, flip you my middle finger.
You don’t have to prove yourself to me either
I’ve been consulting with my ego and feeling lately
It’s good to hear their opinions, about you, and most importantly about me
I decide not to give any opinion
My ego often laughs
My feeling often cries
But there are times when my ego is the one who cries and my feeling is the one who laughs
And that is O.K.
I feel more human than ever
I feel so fuckin’ alive
Even though it might not be in a good way
So here is the decision that my ego and feeling have made for me:
I will not deny anything anymore
I will face it and fuck it, whatever it is
I will not run, simply because I couldn’t
And let me, with all of my love, flip you my middle finger.
Langganan:
Postingan (Atom)