Halo! Selamat datang di asbak saya :)

Senin, 15 April 2013

Untuk Masyarakat Kita yang Toleran (Bahkan Kepada Diri Mereka Sendiri)

Sebelas anggota (oknum/preman?) Kopassus menyerang Lapas Cebongan dan membunuh empat orang tahanan yang membunuh teman mereka.
Mereka punya alasan.
Empat orang (yang disebut preman) membunuh seorang anggota (oknum?) Kopassus di bar.
Mereka juga pasti punya alasan.
Seorang anggota (oknum?) Kopassus ada di bar.
Dia pasti punya alasan.
Empat orang tersebut menjadi preman.
Juga pasti punya alasan.
Teman-teman kantor saya dan sebagian orang "memaklumi" perbuatan (oknum?) Kopassus yang tidak percaya bahwa empat orang tersebut akan mendapat hukuman yang layak.
Mereka juga punya alasan.
Para polisi tidak menegakkan hukum dengan tegas dan tepat di negara ini.
Tentu mereka juga punya alasan.
Masyarakat menjadi tidak percaya lagi kepada para penegak hukum.
Mereka juga punya alasan.
Seorang miskin mencuri sandal jepit.
Ia punya alasan.
Massa menghabisinya.
Mereka juga punya alasan.
Para pemerkosa memerkosa.
Mereka punya alasan.
Koruptor korupsi.
Ia juga punya alasan.
Idi Amin membantai ratusan ribu orang Uganda karena orang-orang tersebut dianggap sebagai musuh ataupun ancaman atas kekuasannya.
Dia juga punya alasan.
Bahkan Hitler punya alasan membantai para Yahudi di negaranya.
Apabila segala sesuatu yang beralasan, bahkan perbuatan yang salah di mata hukum, dimaklumi, apakah Anda akan memaklumi kalau yang tengah berlaku adalah hukum rimba? Kemudian, bagaimana Anda menentukan sesuatu itu benar atau salah kalau semua perbuatan punya alasan?

1 komentar:

  1. alasannya tidak harus beralasan atau tidak, yang penting punya alasan, seperti ketika kita pergi kemana-mana dengan alas kaki, tentu itu punya alasan, kenapa kita harus menggunakan alas kaki kemana-mana. Beralasan alias beralas kaki.

    BalasHapus