“Mau ditemani
minum malam ini?” tanyaku kepada seorang kawan.
“Saya
baik-baik saja, kamu perlu ditemani?” kawan saya balik bertanya.
“Ya, saya
baik-baik saja. Saya punya sebotol martini di rumah,” jawab saya.
“Kamu punya
sebotol martini dan sebotol vodka di rumah, apakah rumahmu surga?”
“I must be a
drunk angel or a drunk god then.”
“You are my
drunk angel!”
Alkohol dan
Yesus, sama-sama menebus dosa manusia. Bedanya Yesus menebusnya dalam alkitab
dan alkohol menebus dosamu di dunia nyata. Apapun yang kamu lakukan, asalkan
membawa nama alkohol, rasanya cukup layak untuk ditolerir. Sebuah penelitian
menyimpulkan bahwa alkohol tidak membuatmu kehilangan kesadaran, tetapi hanya
melonggarkan kendali (dibaca:malu). Tetapi, seperti rahasia umum, kita hampir selalu
bisa memaafkan apapun yang terjadi di bawah pengaruh alkohol. Alkohol
menyediakan ruang untuk menjadi jujur tanpa harus mempertanggungjawabkan
kejujuran itu sendiri.
Beberapa orang
yang suka minum mencoba membuat semacam “peraturan” atas mabuk. Bahwa
kebanyakan minum dan muntah itu cupu. Mabuk dan ngoceh kepanjangan itu juga
cupu. Mabuk dan tepar itu cupu. Ini, itu, ini, itu. Rasanya kita sudah tidak
seharusnya perlu perduli apakah itu keren atau tidak, bukan? Mabuk itu untuk
dinikmati bukan? Atau untuk beberapa orang untuk terlihat keren kah? Ya kalau
begitu peraturan-peraturan itu seharusnya diterapkan untuk mereka yang ingin
terlihat keren saja. Biarkan orang yang ingin menikmati, menikmati hidup dan
mabuknya. Selama tidak mengganggu orang lain, biarkan orang itu mabuk. Hidup jangan dibuat semakin ribet.
Minum (alkohol),
merupakan tindakan yang personal. Beberapa orang mendapat
pencerahan, kemudian berhenti minum. Beberapa orang mendapat pencerahan,
kemudian minum. Beberapa orang memilih rasa. Misalnya, semakin tua, semakin
enak rasa minuman itu. Beberapa orang memilih mabuk. Ya, yang penting mabuk.
Mulai dari anggur merah, ciu, sampai arak gosok. Semoga mereka berbahagia.
Sedangkan bagi
saya sendiri, mabuk bukanlah proses, melainkan tujuan. Minum adalah prosesnya.
Saya termasuk orang yang ‘yang penting mabuk’ walaupun ogah untuk mencoba
autan, arak gosok atau alkohol 70%. Terlalu banyak kisah orang-orang yang buta
karena terlalu ‘yang penting mabuk’. Efek samping yang saya dapat? Ke belakang
lebih lancar. Not a big deal, tidak perlu minum yakult. Oh ya, mungkin ginjal.
Tetapi saya terlalu muda untuk khawatir atas organ tubuh yang satu itu.
Banyak, tragedi
yang terjadi dikarenakan mabuk. Hilang harga diri, hilang kamera, hilang ini
itu, bangun di ranjang yang salah, sampai tabrakan. Tetapi tidak jarang juga
sesuatu yang baik terjadi. Berani menyatakan cinta, mencairkan suasana, merayakan
kegembiraan, membuat kenangan, menghibur hati yang sedih. Lupa apa yang terjadi
semalam? Ah, lupakanlah, mungkin kamu tidak ingin mengingatnya. Wahai kalian
para pemabuk, angkat sekali lagi gelasmu, kawan!
“That's the problem with drinking, I thought,
as I poured myself a drink. If something bad happens you drink in an attempt to
forget; if something good happens you drink in order to celebrate; and if
nothing happens you drink to make something happen.”
― Charles Bukowski, Women
Alkohol menyediakan ruang untuk menjadi jujur tanpa harus mempertanggungjawabkan kejujuran itu sendiri. << ahahaha. nice! mari nyanyikan Alkoholnya Seringai. hehe. "minum jangan pas lagi sedih," saran seorang teman. justru itu yang bikin seseorang jadi alcoholic. "mending minum kalau lagi senang," katanya lagi. tapi kadang, sebenarnya yang dicandu itu bukan alkoholnya, tapi efek tidak ingatnya karena mabuk. dulu saya pernah mencari "lupa" dari alkohol, hanya sukses semalam. besoknya mewek2 juga inget makhluk yang bikin saya patah hati. hahahaha.
BalasHapus